SERBA SERBI

BALANG KESIMBAR ( LALU SAHABUDDIN, S.Pd, M.Pd, MA) Pada zaman dahulu kala di Pulau Lombok tinggallah seorang Paman tua bersama seorang keponakannya yang bernama Balang Kesimbar. Kehidupan mereka sangat miskin, makan sehari tidak dua hari. Mereka hidup sebagai pencari kayu bakar di Hutan. Balang Kesimbar tinggal bersama Pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Ketika itu Balang Kesimbar masih kecil. Ia diasuh oleh Pamannya. Dengan penuh kesabaran sang Paman mengasuh dan mendidiknya. Tak pernah ia mengeluh dan berputus asa. Balang Kesimbar mendapat pendidikan dari Pamannya tentang ahlak dan budi pekerti. Berkat ilmu yang diperoleh dari Pamannya. Balang Kesimbar tergolong anak yang rajin, pandai bergaul dan sangat penyabar. Setelah Balang Kesimbar berusia remaja ia sangat dihargai oleh teman sebayanya, demikian pula orang tua di Kampungnya. Pada suatu malam Balang Kesimbar mendapat berita dari teman – temannya bahwa di Istana sedang diselenggarakan pertunjukan wayang kulit. Setelah memperoleh izin Balang Kesimbar segera berangkat ke tempat pertujukan.tetapi sayang, ia datang terlambat pintu gerbang telah di tutup karena penonton penuh sesak. Balang Kesimbar berusaha mencari jalan masuk lain tetapi tidak berhasil, karena pintu masuk hanya satu. Baling Kesimbar pun berteriak-teriak mengitari tembok, tetapi tak seorang pun mendengar teriakannya. Semua orang sedang asyik menonton. Balang Kesimbar mendengar suara Sang Dalang melakonkan cerita KERAJAAN SASAK ADI, melalui luar tembok Istana “Tabeq…. tabeq… hingkang hanonton. Duh anak wainku pade Patiq-patiq gamaq uni Mapan gumi wah toaq Ujan taun sayan surut Perentahan sayan lain Ngalih sebalit-balit Kebango mate isiq empaq Ulah mate isiq lepang Lan meong mate isiq begang” Putus segala harapannya untuk dan dapat masuk ke arena pertunjukan. Demi melepas kekecewaannya, Balang Kesimbar duduk di depan pintu gerbang sambil merenungkan apa yang harus di kerjakan. Di tempat itu juga banyak orang lalu-lalang, tetapi tak seorang pun yang menyapanya. Tanpa sengaja, ia melihat sepotong arang tidak jauh dari tempat duduknya. Balang Kesimbar mengambil potongan arang dan mencoba menorah-noreh di tembok istana. Ia tidak berfikir apa yang harus di tulis, namun tangannya tiba-tiba menggambar sesuatu yang aneh. Malam larut ketika Balang Kesimbar tiba di rumah. Pamannya belum tidur.sang Paman merasa bingung mengapa secepat itu keponakannya pulang.Tetapi setelah Balang Kesimbar menceritakan sebab-sebabnya,Pamannya merasa puas dan segera mengajak Balang Kesimbar untuk tidur,agar badan tetap segar dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik esok hari.menjelang pagi ketika pertunjukan selesai,maka para penjaga kebersihkan istana mulai melakukan tugas yaitu membersihkan sampah sampah yang karena penonton amat ramai. Ketika tiba dipintu gerbang, petugas istana sangat terkejut. Ia terkejut melihat coretan ditembok istana. Setelah diamati ternyata coretan itu berbentuk seperti seekor harimau yang amat ganas, dan bermata tujuh buah. Dua buah terdapat dikepala seperti lazimnya, dua buah terdapat pada kedua sisi penggang, dua buah lainnya terdapat pada pantat, sedang sebuah lagi terdapat pada ekor. Melihat hal itu petugas berfikir dalam hati.”Siapa gerangan yang berani sekali menggambar ditembok ini. Memang gambarnya bagus, tetapi kalau diketahui oleh baginda raja, pasti beliau akan murka. Ketimbang aku sendiri yang kena marah, lebih baik hal ini aku laporkan. Setelah berfikir demikian, ia pun segera menghadap dan melaporkan apa yang dilihatnya. “Ampun tuanku. Hamba hendak menceritakan suatu hal”. “Tentang apa”?, Tanya Raja Sasak Adi “Ampun tuanku. Ditembok pintu gerbang terdapat sebuah gambar harimau yang sangat menyeramkan. Hamba takut kena marah oleh tuanku, karena itu silahkan Tuanku menyaksikan sendiri gambar itu”. Mendengar laporan itu, dengan seketika Raja Sasak Adi berangkat untuk membuktikannya. Setelah tampak olehnya gambar itu rajapun berkat “Siapa yang melakukan perbuatan ini. Tidakkah ia tahu bahwa siapapun dilarang mencoreng tembok ini? Tetapi aku melihat gambar ini sangat bagus. Siapa gerangan yang menggambar harimau ini? Tapi siapapun dia, ahrus bertanggung jawab. Ia harus mencari hariamu yang seperti gambar itu. Harimau bermata tujuh yang kelihatan aneh. Bila gagal menemukannya nyawanya sebagai pengganti. Kini kuperintah untuk mencari yang melakukan perbuatan ini sampai dapat”, kata raja kepada prajuritnya. Sesungguhnya Raja Sasak Adi sangat kagum akan kebagusan gambar itu. Ketika melihatnya untuk pertama kali, beliau terkejut dan hampir lari. Tampaknya garam seperti harimau yang sesungguhnya. Raja Sasak Adi benar-benar heran dan penasaran kepada pelukisnya. Menerima perintah langsung dari raja, petugas itu pun langsung mencari tahu, ia mendatangi rakyat dan ditanya satu persatu. Dari sekian banyak rakyat yang ditanya mengenai orang yang melukis ditembok istana, sebagian besar mengatakan tidak tahu. Seketika muncul seorang yang memberkan laporan bahwa tadi malam Balang Kesimbar tampak tidak menonton dan duduk-duduk persis didepan tembok tempat lukisan itu. Mungkin saja dia yang melakukan perbuatan itu. Tetapi orang itu menambahkan, bahwa Balang Kesimbar masih sangat muda, jadi tidak berani menjamin kalau ia mampu melukis begitu bagus, karena ia juga bukan anak yang tergolong cerdas. Walaupun demikian, petugas istana mencari dan menemukan Balang Kesimbar dan berkata “ Hai Balang Kesimbar, saat ini juga kau harus menghadap keistana. Raja Sasak Adi hendak menanyakan sesuatu kepadamu “. “Baik Tuan” jawab Balang Kesimbar tanpa banyak Tanya seraya bersiap menuju istana. Setiba diistana Balang Kesimbar melihat banyak orang. Ia bertanya dalam hati.”Ada apa gerangan?”. Ketika dihadapan raja itu ia ditanya langsung oleh raja “Siapakah kamu ini anak muda?” “Hamba bernama Balang Kesimbar tuanku”. “Apakah kamu yang bergambar di tembok gerbang itu?”, Tanya Raja Sasak Adi “Benar tuanku. Hamba yang menggambar harimau itu”, jawab Balang Kesimbar dengan tenang. “Apa sebab kau begitu berani menggambar ditempat itu? Bukankah itu tembok gerbang istana?. Tidakkah kau tau bahwa dilarang untuk mencoreng-coreng tembok istana? Tetapi karena kau telah mengakui perbuatanmu, sekarang kau kutugaskan mencari harimau seperti yang telah kau gambar itu. Harimau garang dengan mata tujuh buah. Ingatlah Balang, jika kau gagal menemukan harimau bermata tujuh maka nyawamu sebagai gantinya. Nah, berangkatlah!” Balang Kesimbar segera kembali kerumahnya. Tak henti-henti ia berfikir, bagaimana mungkin ia berhasil mencari binatang yang telah ada di gambarnya, karena ia hanya mencoret-coret mengikuti hati nurani dan guratan tangan. Setelah tiba dirumah, Balang Kesimbar menceritakan hal itu kepada Pamannya. Ia pun meminta nasehat atas beban yang ditimpakan kepadanya. “Keponakanku, Balang Kesimbar. Semua tugas yang dibebankan raja kepadamu, haruslah kau laksanakan sebaik-baiknya. Apapun yang terjadi dan bagaimanapun sulitnya harus kau laksanakan. Kita harus menunjukkan kesetiaan kepada raja yang kita cintai. Aku pun tak mengetahui ditempat mana harimau semacam itu dapat kita temukan. Mungkin sekali harimau semacam itu tidak pernah ada. Kalaupun ada pasti sangat sulitlah untuk menanggkapnya. Tapi janganlah kau berputus asa keponakanku, sebab semua kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Berangkatlah besok pagi dan Paman akan tetap mendoakan agar usahamu berhasil. Segala keperluan perjalanan akan kupersiapkan malam ini juga. Kini beristirahatlah dengan tenang”. Esok hari ketika fajar mulai menyingsing, dan embun telah melepaskan diri dari dedaunan. Balang Kesimbar dibangunkan oleh Pamannya. Setelah memohon restu kepada orang tua itu, Balang Kesimbar turun dari rumah dan memulai pengembaraan untuk menyelesaikan tugas yang amat berat. Lama ia dalam perjalanan dan menemukan berbagai rintangan yang berat. Ia masuk hutan keluar hutan, menuruni lembah dan mendaki tebing. Sepanjang jalan ia kehausan dan kelaparan. Ia berjalan seakan tanpa arah dan tujuan pasti. Di dalam hati ia terus berfikir “Mana mungkin harimau itu kutemukan, tetapi…. Mengapa aku melukisnya dengan begitu saja? Pertanyaan semacam itu terus mengganjal di benaknya”. Setelah melewati beberapa hutan belantara. Di depannya ia melihat padang tandus yang begitu luas. Balang Kesimbar berkata dalam hati. ”Siapa yang telah menebang seluruh pohon – pohon ini, mengapa orang - orang di tempat ini seperti ini?, padahal ini penyebab sungai dan mata air menjadi kering. O sekarang aku baru ingat,Penduduk disekitar itu menebang pohon untuk dijadikan bahan bakar tembakau Virginia. Besok kalau aku sudah kembali mencari harimau, akan aku datang untuk menanam kembali pohon- pohon agar menjadi hijau kembali”. Dalam keadaan yang sulit dan membingungkan itu, Balang Kesimbar mengingat bekal yang dipersiapkan Pamannya. Bekal itu dibungkus dengan lepe (seludang daun pinang) yang telah dihaluskan dan diikat dengan benang peninggalan ibu Balang Kesimbar. Dalam bungkusan makanan yang dipersiapkan Pamannya itulah tersimpan kekuatan gaib yang dapat menolong Balang Kesimbar mengatasi berbagai kesulitan. Setelah memusatkan cipta sejenak, bungkusan itu dilemparkan sekuat tenaga. Kemudian ia menggantung diri pada benang pengikatnya. Dengan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, Balang Kesimbar terangkat keatas, menggelantung ke angkasa sehingga berhasil melewati padang yang berbahaya itu dengan selamat. Perjalanan dilanjutkan lagi. Ia tidur dimana saja kemalaman. Ia berusaha makan sehemat mungkin untuk menjaga jangan sampai kehabisan bekal. Dalam pengembaraan yang tidak menentu ini. Setelah beberapa lama ia tiba di sebuah padang yang lain. Padang itu dipenuhi dengan kalajengking yang amat berbisa dan tak terbilang banyaknya. Balang Kesimbar merasa ngeri menyaksikan itu. “Apa akalku sekarang ?”, pikirnya. Pada saat itu,lagi-lagi Balang Kesimbar mempergunakan bungkusan yang di bawanya.sambil memohon dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, bungkusan itu di lemparkan setinggi-tingginya ke udara seraya memegang benang pengikatnya dengan kuat. Dan ia pun berhasil melewati padang kalajengking itu dengan selamat. Balang Kesimbar pun melanjutkan perjalanan yang berat ini. Semua rintangan dihadapinya dengan sabar dan tabah disertai keyakinan akan hasil perjalanan ini. Beberapa lama kemudian kembalilah Balang Kesimbar berada di tepi sebuah padang. Padang itu di penuhi dengan ular berbisa. Semua jenis ular berbisa terdapat di dalamnya. Untuk mengatasi kesulitan baru ini, Balang Kesimbar melakuan hal serupa seperti yang pernah dilakukan sebelumnya. Ia berhasil lolos dari mara bahaya. Rintangan demi rintangan dilaluinya dengan baik. Bahaya demi bahaya dapat diatasinya dengan selamat.Tetapi rintangan dan bahaya masih belum habis juga. Dalam perjalanan selanjutnya ia melihat seorang raksasa yang amat besar. Tetapi untunglah raksasa itu sedang tidur degan pulasnya. Dan Balang Kesimbarpun berkata dalam hati.”Untunglah raksasa itu sedang tidur. Kalau tidak pasti aku binasa karenanya. Tampaknya sangat mengerikan”.Untuk mengatasi kesulitan itu Balang Kesimbar kembali pergunakan bungkusan tadi dan berhasl dengan selamat. Ia telah melewati raksasa itu dengan aman. Dan Balang Kesimbar pun melanjutkan perjalanan dengan cepat. Kekhawatiran masih saja melintas dalam hatinya. Ia khawatir kalau raksasa yang tengah tidur itu tiba-tiba terjaga dan mencium bau badannya. Tetapi akhirnya Balang Kesimbar tiba pada sebuah padang yang sangat kering. Rumputpun tak dapat tumbuh di atasnya. Panasnya tak terkatakan lagi. Tanahnya terdiri dari tanah sari yang sangat gembur. Padang ini harus di seberangi.Terasa keraguan dalam hati Balang Kesimbar. Terselip juga niat untuk kembali. Tetapi perjalanan sudah amat jauh. Betapapun padang ini harus di seberangi. Setelah membulatkan tekad dan memohon keselamatan Balang Kesimbar pun mulai melangkahkan kakinya memasuki padang itu. Setelah berjalan beberapa langkah, kakinya tenggelam ke dalam tanah, hingga ke lutut. Panasnya tak terkatakan lagi. Tetapi karena tekad telah membaja, Balang Kesimbar tak mundur walau selangkah. Dengan susah payah ia tetap melangkah maju. Kini badannya mulai tenggelam ke dalam panas itu. Tanah mencapai pinggang. Tetapi ia tetap berusaha untuk maju. Dan ia tengelam makin jauh. Akhirnya tanah mencapai batas leher. Kini ia hampir tak sadarkan diri. Pada saat yang paling kritis ini, tiba-tiba angin puyuh dahsyat melanda padang itu. Semua yang berada di dalamnya di terbangkan. Demikian pula Balang Kesimbar tak luput dari sasaran angin puyuh itu. Ia di terbangkan entah kemana. Tiba-tiba ia meluncur jatuh dan berada di atas sebatang pohon sawo. Ketika membuka mata ia merasa heran. Dan sadarlah ia akan apa yang telah terjadi. Kemudian ia memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kini ia sadar bahwa perjalanannya selalu mendapat perlindungan. Karena merasa sangat payah, ia pun beristirahat di atas pohon itu. Beberapa saat kemudian tatkala Balang Kesimbar terbangun ia mendengar suatu suara. “Suara apakah itu?” tanyanya dalam hati. “Ada jugakah manusia lain di tengah hutan belantara ini?”. Ia mencari arah suara itu. Ia memasang telinga dengan baik. Benar. Ia mendengar suara itu.sumbernya tak jauh dari tempat itu. Setelah diperhatikan dengan seksama jelaslah baginya suara itu suara alat tenun. Ketika pandangannya terarah ke bawah pohon sawo, ia melihat seseorang. “Siapakah berada di bawah ?Jin atau manusia?,Tanya Balang Kesimbar di dalam hati. Ia berusaha menenangkan jiwanya.Setelah beberapa saat berlalu,ia kembali memperhatikan apa yang telah di lihatnya tadi. Apa yang dilihatnya ternyata tak berubah. Seorang wanita yang tengah menenun. Karena asyik dalam pekerjaan, ia tidak mengetahui seseorang berada di atasnya. Balang Kesimbar mengambil sebiji buah sawo yang kecil. Ia berniat mengganggu wanita itu. Ia ingin membuat wanita itu terkejut. Lalu di lemparkannya buah sawo itu kea rah wanita itu. Tetapi tidak mengenai sasaran. Buah itu terjatuh di depan wanita itu. Lalu Balang Kesimbar mengambil buah yang kedua. Buah itu dilemparkan. Tetapi tidak mengenai sasaran lagi. Buah terjatuh di samping wanita itu. Dengan tidak merasa curiga, wanita itu memandang buah sawo yang jatuh itu. Buah yang ketiga diambil oleh Balang Kesimbar,dan kembali di lemparkan kepada wanita itu. Tetapi masih juga gagal. Buah itu jatuh di samping kanan. Bersamaan dengan itu wanita itu memandang ke atas. Ia amat terkejut melihat seorang pemuda berada di atasnya. Berbagai pikiran berkecambuk di dalam hatinya. Dengan cepat ia berkata. “Hai lelaki,cepatlah turun sebelum penjagaku kembali. Kalau ia mengetahui ada manusia lain di tempat ini, pasti musnah di makannya. Ketahuilah Penjagaku adalah seorang raksasa”. Mendengar kata-kata itu Balang Kesimbar turun dengan segera.”Pastilah raksasa itu yang telah ku jumpai dalam perjalanan bisik hatinya. Setelah saling sapa dan berkanalan, Balang Kesimbar pun menceritakan kisahnya dari awal hingga berada di atas pohon sawo itu. Setelah itu, wanita tadi yang ternyata seorang putrid bernama Lale Seruni, menyuruh Balang Kesimbar agar menyiram tubuhnya dengan air jeruk, untuk mengurangi bau. Setelah itu, Balang Kesimbar dimasukkan kedalam peti. Tak lama kemudian raksasa itu pun datang. “Ambulu wong, bau anak manusia” “Anakku, aku mencium bau manusia lain di tempat ini. Aku sungguh gembira dengan tak bersusah payah, santapan telah berada di ujung hidung”. “Kek! yang bau itu adalah bauku. Kalau Kakek berniat menyantapku, silahkan“. “O, tidak. Aku tak akan tega memakanmu dagingmu. Kau sangat ku sayangi. Sukar mencari cucu secantik kau. Nah, sekarang cobalah katakan apa keinginanmu. Akan kucarikan secepatnya”. “Terima kasih, kek. Carikan aku buah-buahan yang masih segar. Aku sangat ingin memakannya”. Dengan singkat di ceritakan raksasa itu pun terbang ke suatu tempat yang di tumbuhi berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Tak lama kemudian ia pun telah kembali dengan membawa berbagai jenis buh-buahan, berupa buah manggis, salak, durian, duku dan lain-lain. “Nah, sekarang apalagi yang kau inginkan cucuku?” “Kek, kalau benar Kakek sayang padaku, carikan aku daging rusa yang segar. Aku sangat ingin menikmatinya. “Tentu, tentu. Sekarang juga akan kucarikan. Daging bukanlah daging yang sukar diperoleh. Sebentar lagi pasti aku telah dating membawanya”. Dan raksasa itu pun berangkat. Segeralah setelah raksasa itu berangkat, Balang Kesimbar pun dikeluarkan dari dalam peti. Dan diberikan hidangan secukupnya. Kemudian ia mandi dengan air jeruk. Setelah itu kembali ia masuk ke dalam tempat semula. Tak lama kemudian raksasa itu telah datang sambil meraung. “ambulu wong anak manusia”. “Hai, cucuku,. Pasti ada manusia lain di tempat ini. Sedap benar baunya. Kini aku dapat menyantap daging manusia lagi”. “Bukan, bau yang Kakek cium adalah bauku sendiri”. “Aku tidak tidak gila memakan keponakanku sendiri, Apalagi kamu telah dewasa dan sangat cantik,. Tetapi apa yang ingin kamu makan Cucuku Lale Seruni?”. “Bagaimana kalau aku mencarikan Kakek kutunya, pasti sudah banyak” “Baiklah, cucuku. Benar katamu. Kutuku pasti sudah banyak, karena terasa merayap di setiap helai rambutku”. Sambil menggaruk – garuk kepalanya. “Kek, aku ingin sekali memiliki seekor harimau bermata tujuh. Keinginanku ini sudah lama terpendam dalam hatiku. Tapi aku tak berani katakan pada Kakek”. Mendengar keinginan cucunya, harimau itu pun tersentak kaget. “Cucuku Lale Seruni, harimau yang kamu mau itu sangat sulit untuk diperoleh, yang lain saja kamu minta”. “Tidak Kek, aku tak ingin binatang lain. Aku hanya ingin harimau bermata tujuh, kalau tidak lebih baik aku mati saja” “Jangan cucuku, Engkau tidak boleh senekad itu, sekarang juga aku akan berangkat mencarinya”. Maka terbanglah raksasa itu menuju hutan belongas. Matanya memandang dengan tajam ke bawah. Tidak berapa lama ia melihat segerombolan harimau sedang istirahat. Di tengah kerumunan harimau itu, nampak seekor harimau bermata tujuh. Dengan sangat hati – hati raksasa turun mendekati harimau itu, Dengan secepat kilat harimau itu sudah berada di tangannya. Walaupun harimau itu mengadakan perlawanan. Tapi sia – sia belaka. Tanpa berpikir lama raksasa kembali menemui keponakannya, di wajahnya tampak cerah ceria, karena mampu memberikan hadiah yang sangat disukai keponakannya. “Cucuku Lale Seruni, ini harimau yang kamu inginkan, telah Kakek ikat di pohon sawo itu. “Terima kasih, Kakek baik sekali, aku sangat berbahagia sekali. Tapi, tapi kek, tinggal satu saja permohananku, maka akan sempurna kehidupan ini”. “Apa, apa itu katakana cucuku, kakek pasti memberimu” “Kek, aku minta perhiasan yang terbuat dari logam mas murni, sebab aku tidak punya cin-cin, kalung, anting, dan gelang”. “Ha, ha, ha aaa… kalau itu sangat gampang cucuku, sekarang saja Kakek pasti dapat. Tunggu sebentar saja, Kakek bawakan permintaanmu”. “Baiklah Kek, aku akan menunggu”. Segera setelah raksasa itu berangkat, Balang Kesimbar keluar dari persembunyiannya. “Balang Kesimbar, bagaimana pendapatmu kalau sekarang ini kita melarikan diri dari tempat ini?. Inilah saat yang tepat buat kita”. “Ampun, Tuan Puteri Lale Seruni, hamba menurut saja” “Baiklah sekarang kita berangkat, harimau ini jadi tunggangan kita berdua”. Setelah itu harimau itu dipacunya secepat kilat. Tampak bagaikan terbang. Tak lama kemudian Balang Kesimbar sampai di rumahnya. Keesokan harinya Balang Kesimbar menghadap raja, mempersembahkan seekor harimau bermata tujuh. Melihat keberhasilan Balang Kesimbar raja sangat gembira. Seraya tertawa terbahak – bahak. “Balang Kesimbar, Bagus kamu luar biasa. Aku kagum dan bangga padamu. Haa…haaa…”. Sambil memberikan Balang Kesimbar hadiah berupa sapu tangan, sebagai tanda mata. “Ampun, Tuanku Sri Paduka Raja, hamba mohon pamit”. “Baiklah Balang Kesimbar, terima kasih atas pemberianmu ini”. Setelah Balang Kesimbar pergi. Harimau itu meraung – raung, sambil mengamuk sekuat tenaga. Tali rantainya putus. Sang raja menjadi ketakutan, demikian juga prajurit – prajurit berlarian mencari perlindungan. Tak lama kemudian Sang raja diterkam harimau bermata tujuh itu, hingga ia tewas. Dengan pristiwa itu, Balang Kesimbar berhak menjadi raja dan Lale Seruni menjadi wakilnya menggantikan raja yang lalim itu. Rakyat dengan sangat gembira menobatkan Balang Kesimbar menjadi Raja dan Lale Seruni jadi wakilnya. Mereka menyelenggarakan pesta selama empat puluh hari empat puluh malam. Dengan demikian, Balang Kesimbar mulai menjadi raja di damping Dewi Lale Seruni di KERAJAAN SASAK ADI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar